Jumat, 13 April 2012

Mbolang ke Malang

sabtu, 31 maret 2012 aku ingin sekali hadir di acara pengkaderan yang diadakan di batu Malang, meskipun sudah tertinggal karena rombongan sudah berangkat pada malam harinya. dimana aku ada halangan tidak bisa ikut.Akupun nekat berangkat sendirian dengan naik kereta jurusan malang. sebenernya aku tahu apa resikonya mulai dari tugas kuliah hingga seninnya ada kuliah anatomi, oleh karena itu tugasku aku membawa dan aku kerjakan di kereta. ini adalah kalipertama aku naik kereta jurusan malang dari stasiun gubeng, surabaya. tiket harus dibeli 30 menit atau 1 jam sebelum jam keberangkatan kereta, selainitu tempat duduk penumpang juga harus benar-benar sesuai dengan nomor pada tiket kereta. kereta jalur selatan memang berbeda dengan kereta pada jalur stasiun pasar turi-bojonegoro,dimana tempat duduk penumpang beghitu amburadul dan tetap disi meskipun kursi telah penu. selain lebih rapi, kereta jalur selatan juga lebih disiplin, dan juga lebih bersih. selain itu pedagang asongan tidak seagresif seperti pada jalur stasiun pasar turi - bojonegoro. akupun duduk sesuai nomor bangku pada tiket yaitu gerbong 2 no 4D. saat kereta berangkat disampingku ada seorang bapak yang berpenampilan sederhana . tak terasa aku berbincang dengan bapak tersebut mengenai pendidikan, ekonomi bahkan tentang sistem pemerintahan saai ini. setelah lama aku merasa bahwa bapak tersebut bukan orang sembarangan, hal itu terlihat dari cara pandang beliau mengenai polemik negri ini. beliau juga memberikan penverahan tentang agama islam serta nasehat agar selalu berada dijalan Allah SWT. saat hampir turun ke stasiun tujuan, beliau memberi kartu namanya, ternyata beliau adalah seorang insinyur teknik perkapalan dari perguruan ternama di surabaya, saat ini beliau menjadi presiden dikontraktor bangunan yang cukup ternanma disekitar surabaya, sidoarjo dan malang. sesampainya di malang saat mendapatkan tugas analogi sosial tidak di sangka aku bertemu dengan seorang bapak penjual bakso di alun-alun kota batu malang. masih teringat akan pengakuan langsung dengan bapak penjual bakso. bapak tersebut sebenarnya merupakan sarjana teknik sipil dari PT ternama, akan tetapi beliau lebih memilih untuk menjadi penjual bakso. usaha yang beliau tekuni sejak beberapa tahun yang lalu, saat ini telah memiliki 2 stand tetap dengan 5 pekerja yang beroperasi keliling memakai gerobak motor. bahkan usaha ini beromset bersih lebih dari 5juta perbulan. Ada satu hal yang menarik dari pengakuan bapak tersebut menurut beliau ada kepuasan sendiri menjadi pengusaha bakso, karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, terutama bagi para tetangga sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar